Minggu, 10 Januari 2016

Rumput Laut Berkualitas Tinggi dari Pulau Tihi-tihi, Bontang

Rumput Laut Berkualitas Tinggi dari Pulau Tihi-tihi, Bontang

Rumput laut dari Kaltim? “Oh bukan cuma minyak, gas dan tambang ya…”, begitulah mungkin ungkapan kebanyakan orang yang mendengar bahwa rumput laut sudah agak lama diproduksi di perairan Bontang, apalagi dengan mutu yang sangat bagus.

Pulau Tihi-Tihi dapat dijangkau dengan perahu dari Pelabuhan Tanjung Laut di Bontang selama sekitar 30 menit. Memasuki kampung Tihi-tihi kita disuguhi dengan pemandangan yang sangat indah, air yang jernih, ekosistem terumbu karang yang memukau dan pepohonan bakau yang terhampar luas, dari kejauhan kita juga bisa melihat industri gas dan tambang yang terus sibuk mengadakan eksplorasi. Sungguh bagian negeri yang kaya akan sumberdaya alam.


Kampung Tihi-tihi dibangun diatas laut, rumah-rumah yang terbuat dari kayu-kayu yang kuat dihubungkan satu dengan lainnya menggunakan jembatan kayu selebar 1,5 meter. Lingkungan yang bersih dan tertata rapi. Sebanyak 52 KK tinggal di pulau ini dan sepenuhnya bergantung pada sumberdaya laut, selain sebagai nelayan tripang, cumi2 dan ikan mereka juga aktif berbudidaya rumput laut. Adalah Bapak Amir Je, sang pelopor budidaya Kappaphycus alvarezii di pulau Tihi-tihi sejak 2003, berguru dari petani rumput laut di Mamuju (Sulawesi Barat), karena hampir semua masyarakat Tihi-tihi berasal dari Mamuju. Saat ini atas dukungan pemerintah setempat lewat DKP, semua keluarga sudah membudidayakan rumput laut.

Petani rata-rata mengelola 15 jalur (bentang/ris) yang terdiri dari 1 roll tali nilon 6 mm (120 m). Produksi bulanan diperkirakan sebanyak 12-15 ton.

Sekalipun baru berbudidaya kurang lebih 5 tahun yang lalu, namun teknik yang digunakan sangat baik. Misalnya saja, jika kita amati besar bibit dan jarak tanam, umumnya mereka semua menggunakan bibit diatas 200 gram/ikatan dengan jarak antar ikatan 20 cm dan jarak antar jalur 1-1,5 m. Sistem jangkar sangat sederhana, menggunakan patok kayu dengan kedalaman air sekitar 2 m pada saat surut terendah. Tali ikat menggunakan tali rafia dengan simpul hidup. Setelah dikurangi bibit, umumnya 1 jalur menghasilkan rata-rata 50 kg rumput laut kering. Petani mengakui bahwa mereka hampir tiap hari melakukan perawatan karena banyak lokasi rawan terhadap lalu lintas perahu yang bisa mengakibatkan putusnya tali jalur.

Untuk urusan panen dan pasca panen, para petani di pulau ini juga sudah menerapkan penanganan yang sangat baik, mereka dengan sabar melepas rumput laut dari ikatannya satu per satu, membersihkan tali dan kemudian mengikatkan kembali bibit di jalur yang kosong. Semua kegiatan ini dilakukan di laut. Penjemuran dilakukan di atas para-para di “halaman” rumah. Jika matahari bersinar cerah memerlukan 4 hari untuk mengeringkan rumput laut, lebih lama karena batang rumput lautnya besar-besar seperti jahe.

Umumnya pengumpul lokal di Tihi-tihi yang melakukan penyimpanan. Hasil produksi rumput laut kering dari Tihi-tihi kemudian dijual oleh pengumpul lokal ke pengumpul besar di Bontang.